COMPRESS - Make up merupakan hal penting bagi kaum hawa, tak jarang dari mereka mengandalkan jasa make up artist (MUA) untuk pergi ke suatu acara formal maupun non formal. Banyak dari perempuan maupun laki-laki yang menjalankan usaha bidang jasa tersebut. Profesi yang mengandalkan keterampilan merias wajah ini merupakan pekerjaan yang cukup menjanjikan bagi pelakunya.
Annisa Fawziyah salah seorang yang menekuni bisnis MUA, mahasiswa Psikologi ini mulanya merintis menjadi MUA pada 1 Januari 2018 dan belajar make up dari 2017 lalu. Annisa yang dulunya dinilai tomboi oleh teman-temannya mengaku tidak mengerti make up.
“Saya ini laki-laki banget, gak ngerti make up. Berawal dari bisikan teman yang mengatakan bahwa ‘kamu punya bakat ngelukis orang’ maka timbul lah keinginan untuk belajar,”
Tak tanggung dalam belajar make up, Annisa rela merogoh kocek yang tak sedikit untuk sekali belajar dengan MUA profesional lainnya dan produk yang diaplikasikan ke wajah pun tak sembarangan. “Kenapa make up itu mahal karena produk yang kita pakai memang gak main-main,” ucapnya.
Untuk tarif Annisa mematok 200 ribu per orang sudah termasuk riasan rambut atau jilbab, kecuali bagi pelanggan yang banyak permintaan seperti ekstra bulu mata, tariff di atas normal. Pelanggan biasa dari kalangan mahasiswa dan anak sekolah (SMA). Untuk keuntungan Annisa mengaku belum balik modal. “Tapi alhamdulillah bisa untuk senang-senang diri sendiri,”
Sekarang make up sudah menjadi hobi, yang dulunya super tomboi sekarang menjadi feminim, “awalnya ibu saya kontra. Karena tau saya angin-anginan. Ibu saya bilang kalo benar-benar harus serius dijalankannya. Saking nyamannya cari uang, skripsi saya terbengkalai sampai judul pun waktu itu belum punya,” ujarnya sambil tertawa
Annisa sering mendapatkan job di bulan tertentu, seperti Januari, Februari, Juni, September dan bulan-bulan wisuda. “4 kali wisudanya Unmul biasanya pasti dapat 5 orang per sekali wisuda,”
Annisa juga mengaku terkendala dalam membuat alis, “karena alis benar-benar perlu banyak belajar,” akunya.
Jenis make up yang sering di gunakan Annisa dalam merias adalah Barbie look. “Mau ke ibu-ibu pun make up Barbie look itu cocok,” ujarnya.
Annisa juga menambahakan bahwa make up bukan merubah karakter tapi membentuk karakter. “Membuat orang cantik itu menjadi kesenangan tersendiri,” lanjutnya.
Untuk menjadi perias pengantin, Annisa masih belum berani. “Saya belum berani, karena wedding itu sakral banget, seumur hidup bakal dikenangnya, kalau kita jelek make up-nya kita bakal nyesal. Niatan untuk menjadi make up wedding ada, tapi selepas nikah,” ucapnya.
Tak hanya pintar make up nampaknya gadis ini cukup pintar dalam berbisnis, saat ini ia sedang menggeluti usaha macaroni, baju, jilbab, dan lain-lain.
Tak melulu suka, duka menjadi seorang MUA pun ada. Annisa bercerita pernah merias 20 orang dalam satu hari, dari berangkat pukul 02.00 dini hari dan harus selesai tepat pukul 08.00 WITA, di karenakan ada job selanjutnya. Kala itu Annisa tak sendiri, ia diperbantukan oleh satu temannya. Keterbatasan tenaga membuat Annisa dan temannya kalang kabut dalam merias pelanggan dalam jumlah banyak. Waktu yang diperlukan untuk merias pun tidak sebentar, sekitar satu jam per orangnya.
Terlepas dari duka yang ia alami, terdapat ketekunannya dalam berbisnis. Salah satunya memiliki motivasi yang patut di contoh. Hal wajib yang perlu dimiliki seseorang dalam memulai bisnis yaitu niat. “Kalau saya pribadi niat usaha untuk saya nikah nanti saya enggak bergantung sama suami saya, dan gak bergantung sama orang tua saya,”
“Motivasi saya selanjutnya itu karena ayah. Ayah saya sakit stroke sekitar 22 tahun sampai sekarang belum sembuh. Punya keinginan untuk cepat sembuhin ayah. Kita harus punya motivasi untuk siapa kita buat usaha dan untuk apa usaha itu,”
Terakhir, sedekah. “Saya punya usaha macaroni itu kecil, saya bingung caranya supaya saya nih bisa sedekah tanpa lupa. Nah, saya minta teman saya jadi admin karna saya mikirnya berbagi rezekinya ke dia tanpa lupa. Perbulan kan saya gaji dia itu setengah rezeki saya,”
“Harus punya motivasi setiap kamu punya usaha, niatnya untuk apa, maunya kemana, gimana kedepannya, dipikir matang-matang, karena usaha kan bukan sekedar kata-kata,” tutupnya.
Reporter: Maharani Ramadhanty Fitria
Editor: Suti Sri Hardiyanti
Comments